Kembali lagi mudik. Menempuh jarak hampir 1000 kilometer. Membelah pulau Jawa.
Dari ujung barat ke bagian timur. Menyusuri jalur pantai utara (pantura) hingga Semarang, kemudian turun ke jalur tengah melalui Salatiga, Ngawi, Mojokerto hingga sampai di kota (yang dahulu) dingin ini. Jalur ini merupakan jalur yang belakangan selalu dipilih ayah mertua saat beliau masih aktif.
Dua hari kami habiskan di perjalanan. Perjalanan hanya dilakukan pada siang hari. Menjelang malam kami akan beristirahat, untuk melanjutkan perjalanan keesokan hari. Biasanya kami sudah mencapai pekalongan saat malam tiba.
Perlengkapan navigasi mudik tahun ini terbilang lengkap. Terdapat global position satellite (GPS) keluaran Garmin, yang petanya sudah saya update dengan peta terkini dari navigasi[dot]net (terimakasih admin dan user yang selalu mengupdate petanya). Kami juga melengkapi diri dengan media sosial waze yang sangat membantu karena menampilan informasi di jalur yang akan kami lewati, mulai dari situasi darurat seperti hujan, kemacetan, atau kecelakaan, hingga perkiraan kecepatan kendaraan yang melalui ruas jalan tertentu secara real time, asiknya lagi fasilitas ini bisa saya nikmati tanpa biaya, cukup menginstal aplikasi waze di gadget. Informasi real time lain yang juga bermanfaat saya dapatkan dari twitter, dengan mengikuti akun @RadioElshinta @PantauMudik ataupun @TMCPoldaMetro.
Seperti biasanya, kemacetan selalu setia menemani. Tahun ini kami mengalaminya sepanjang jalur klari (sengaja kami keluar dari gerbang tol Klari/Karawang timur untuk menghindari dialihkan ke Sadang) hingga Ciasem. Sementara di hari kedua antara Kendal hingga Semarang.