Jul 7, ’09 3:56 AM |
Sore itu di stasiun sudirman, suasana normal seperti hari kerja pada umumnya. Pekerja komuter sudah bersiaga di tempat favorinya menunggu kereta datang. Biasanya masing-masing pekerja selalu menunggu di tempat yang sama setiap harinya.
Tempat favorit saya ada di belakang bangunan jalur 2. Sebagian tempat tersita oleh bangunan, sehingga penumpang bisa bersandar pada temboknya. Selain itu tempat yang sempit tidak memungkinkan penumpang bergerombol, efeknya saat naik kereta tidak terlalu berebut.
Gerbong 7 selalu berhenti di tempat itu, biasanya kereta tidak terlalu padat sehingga masih terdapat kursi kosong untuk diduduki. Jika semua kursi sudah terisi maka tempat dekat pintu menjadi pilihan untuk membuka kursi lipat dan bersandar pada pintu. Cukup nyaman untuk melepas lelah sambil meneruskan bacaan yang belum selesai.
Kereta yang dinanti datang juga, namun ada yang aneh dari kereta yang datang ini. Tampang depannya tidak kotak seperti umumnya pakuan, kereta ini miring seperti jajaran genjang. Keanehan terus berlanjut saat kereta terus berjalan melewati tempatku menunggu. Si gerbong 7 melewatiku!
Ternyata kereta yang akan membawaku pulang adalah rangkaian kereta pendek, jika biasanya pakuan terdiri dari 8 gerbong, kereta ini hanya memiliki 6 gerbong. Penumpang yang biasanya menaiki gerbong 7 & 8 kecele, semua berlari menuju gerbong 6.
Kehilangan 2 gerbong berakibat pada menumpuknya penumpang, semua mendesak masuk berupaya agar tak tertinggal. Suasana di dalam gerbong sudah seperti sarden, padat, dan terkadang terendus aroma menyengat dari pekerja yang sudah seharian beraktifitas. Tanpa berpeganganpun tak perlu khawatir terjatuh karena sudah tidak tersedia ruang untuk jatuh.
Entah mengapa kcj berbuat seperti ini, jam padat justru dikirim si kereta pendek untuk melayani pekerja komuter. Ada baiknya juga jika decision maker kjc ikut menikmati perjalanan nan melelahkan dengan kereta pendek ini..