Terkadang seseorang tidak mengetahui mengapa ia berada di suatu perahu, sebatas menjalankan dan memberikan yang terbaik, maka hal itu cukup baginya. Rutinitas terus dijalankan, mengikuti permintaan nahkoda. Perahu terus berlayar..
Hingga tiba saat awak perahu mulai berinteraksi dengan awak perahu lain, dan mulai membandingkan kompetensi yang berhasil dikembangkan selama ia bertugas di perahu tersebut. Ia mulai menyadari jika kompetensi yang dimilikinya mulai tertinggal dibandingkan rekan rekan sejawatnya. Kondisi ini mulai membuatnya gelisah, ia yakin jika ia masih sanggup bersaing untuk mengejar ketinggalan tersebut, ia pun menyadari jika pengembangan kompetensi membutuhkan perahu yang sesuai. Perahu yang selalu melintasi perairan yang tenang akan membuat awaknya terlena, terhanyut dalam hembusan angin sepoi sepoi, sebaliknya perahu yang selalu melintasi perairan berbahaya akan selalu membuat awaknya sigap, siap sedia menyongsong badai yang tak henti menerjang.
Namun bagi para awak yang tak terbiasa untuk pindah perahu, keputusan untuk berpaling ke lain perahu merupakan keputusan yang sulit. Terlalu banyak pertanyaan ‘bagaimana jika..’ yang sontak muncul saat bayangan perahu lain melintas. Bagaimana jika perahu yang baru ternyata tidak lebih baik dibanding yang lama, bagaimana jika ternyata rute yang ditempuh tidak sesuai bayangannya, bagaimana jika perahu yang baru kandas di pelayaran berikutnya…
Namun terlalu lama berada dalam kebimbangan sangatlah berbahaya, perahu terus berlayar, kesempatan tak datang dua kali. Buat keputusan tentukan pilihan, selalu ada resiko untuk setiap keputusan yang dipilih. Berikan yang terbaik dan nikmati prosesnya..
Tidak ada yang pernah tau apa yang menanti di pelayaran berikutnya, baik itu di perahu lama ataupun di perahu baru. Tindakan nyata yang dibutuhkan kini, bukan sebatas berpikir, menimbang dan menunggu waktu yang tepat.
Majulah majulah menang!